Fayakhun menyebut Pada tahun 2013
Indonesia dikejutkan oleh kasus penyadapan yang dilakukan oleh Australia kepada
Presiden SBY dan beberapa pejabat lainnya. Tentu saja kasus ini mengundang
reaksi dari banyak pihak, termasuk tanggapan dari Ketua DPD Partai Golkar DKI
Jakarta, Fayakhun Melalui akun kompasiana.com, Fayakhun menulis :
“Pada tahun 2009 Presiden SBY dalam pidato
kenegaraannya mencanangkan politik a million friends, zero enemy. Tapi pada
tahun 2009 itu juga Indonesia disadap oleh Australia, yang baru terbongkar pada
tahun ini karena bocoran rahasia dari mata-mata AS. Adakah persahabatan tulus dalam
persahabatan antar negara? Bagaimana harusnya Indonesia memposisikan diri dalam
persahabatan itu?”
Fayakhun juga
mengutip Pidato Kenegaraan Presiden SBY dalam rangka HUT RI ke-65, tanggal 16
Agustus 2010 di depan Sidang DPR dan DPD-RI, yang mengingatkan bahwa Indonesia
berjuang aktif untuk keadilan dan perjuangan. “Dalam kesempatan tersebut,
beliau juga mulai memperkenalkan kebijakan politik luar negeri Indonesia ke segala
arah, atau “all directions foreign policy”. Menurut Presiden SBY : “sejuta
kawan, tanpa musuh”, “a million friends, zero enemy”, tulis Fayakhun.
Fayakhun mengingatkan bahwa, sejatinya
persahabatan sejati antar dua negara itu tidak ada. Fayakhun mencontohkan
bagaimana Amerika juga melakukan penyadapan kepada negara-negara yang menjadi
sekutunya.
“Nyatanya, praktik penyadapan ini memang tak
hanya ditujukan kepada para pejabat di Indonesia. Namun juga hamper kepada
seluruh kepala negara di dunia. Dimana menurut data intelijen yang dibocorkan
oleh Edward Snowden, NSA Amerika telah menyadap pembicaraan 35 kepala negara di
dunia, dimana nomor kepala Negara diketahui setelah terlebih dahulu menyadap
pejabat di bawahnya. Praktik penyadapan yang dilakukan Amerika ini bahkan
dilakukan kepada negara-negara yang selama ini dianggap sebagai Negara
sahabatnya sendiri, seperti Jermandan Israel. Kanselir Jerman Angelina Merkel,
bahkan sempat marah, karena nomornya ada dalam daftar yang disadap NSA.”
Melihat berbagai fakta ini, maka Fayakhun
mengingatkan agar Indonesia tidak terjebak dalam politik cinta damai. Fayakhun
menulis : “Indonesia boleh saja berpolitik zero enemies, million friends, tapi
arsitektur keamanan nasional termasuk sistem persandian anti sadap harus
dibangun secara lebih terintegrasi. Dan yang lebih penting lagi tentu saja
adalah politik luar negeri serta politik keamanan nasionalnya harus
mengedepankan prinsip realisme politik. Prinsip yang bersandar pada doktrin
bahwa, meskipun politik luar negeri kita meniscayakan perdamaian dunia, namun
juga jangan lupa untuk mempersiapkan diri dari agresi negara lain (legitimate
self defense).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar